Sabtu, 21 Maret 2009

Tri Hita Karana dan Hari Raya Nyepi Dalam Kaitannya Mengurangi Global Warming

Pada saat2 ini sering sekali isu tentang global warming di bicarakan baik di media cetak maupun elektronik, dari MTV sampai berita di stasiun TV. Global warming memang merupakan masalah pelik yang sedang dihadapi oleh manusia di bumi ini, bukan hanya bagi manusia yang ada di Amerika, Cina, dan negara industri lainnya tetapi juga bagi kita yang berada di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang polusi di dunia…. Hal ini dapat dilihat dari prestasi kota Jakarta yang menempati tempat ketiga sebagai kota terpolusi di dunia.. J Selain itu negara kita ini juga menjadi negara dengan kerusakan hutan terbesar… Lihat saja setiap tahunnya pasti ada saja yang namanya pembakaran hutan, pembalakan liar yang dilakukan oleh orang – orang yang tak bertanggung jawab di saat…. Akibat dari tindakan bbodoh para oknum yang hanya mementingkan keuntungan diri sendiri ini banyak kita lihat bencana alam mendera daerah dengan kondisi lingkungan yang kurang baik ini seperti banjir bandang, longsor, kabut asap dan masih banyak lagi.

Padahal negara kita ini dikenal sebagai jambrud katulistiwa namun apabila kegiatan2 merusak hutan ini tidak dihentikan julukan sebagai negara jambrud katulistiwa aka hilang dan berubah menjadi negara gurun katulistiwa.

Di bali dikenal sebuah konsep hidup yang dianut oleh warga Hindu yang disebut Tri Hita Karana. Tri Hita Karana sendiri mempunyai arti yaitu tiga penyebab kebahagiaan… (klo ga slh ingt yaJ). Tri Hita Karana dibagi menjadi tiga yaitu Parahyangan, Pawongan dan Palemahan. Parahyangan mempunyai arti hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan. Pawongan mempunyai arti hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia. Dan Palemahan mempunyai arti hubungan yang harmonis antara manusia denga alam…. Apabila ketiga bagian ini dapat terlaksana dengan baik pastilah kehidupan manusia yang bahagia akan terwujud…

Pada saat ini hubungan yang perlu kita benahi kaitannya dengan global warming yaitu Palemahan, karena hubungan antara manusia dengan alam kian hari kian tidak harmonis lagi.. Untuk dapat memperbaiki hubungan ini kita perlu merubah sikap dengan lebih menghormati keberadaan dan peranan alam lingkungan terhadap kita sebagai manusia. Apabila kita memang benar sujud bhakti, taqwa dan beriman terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa) sudah seharusnya kita menunjukkan cinta kita terhadap Tuhan salah satunya menghormati alam, karena alam juga merupakan mahluk yang diciptakan Tuhan dan memiliki atman juga seperti halnya kita sebagai manusia.

Di Bali konsep Palemahan ini masih cukup terjaga hingga kini walaupun ada segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab melakukan berbagai tindakan tanpa didasari oleh konsep Tri Hita Karana. Penerapan konsep Tri Hita Karana terutama Palemahan dapat dilihat pada kehidupan keseharian warga Hindu di Bali, sebagai contohnya sebelum menanam padi para petani senan tiasa menghaturkan persembahan guna memohon agar mendapat hasil yang baik, begitu pula saat akan menebang pohon dihaturkan sesajen guna menghormati alam (bahasa simpelnya gitu)… dan masih banyak lagi kegiatan yang berlandaskan Palemahan di Bali.

Penerapan konsep Tri Hita Karana ini berdampak sangat positif terhadap Bali, salah satunya seperti anda ketahui Pulau Bali dikenal karena pesona alam dan keramahan penduduknya. Dan selain itu apabila penerapan konsep Tri Hita Karan ini diperluas niscaya sedikit demi sedikit global warming dapat diatasi….

Selain Tri Hita Karana, di Bali juga terdapat hari raya keagamaan yang ada kaitannya dengan upaya mengurangi global warming yaitu Hari Raya Nyepi (hari raya inilah yang selalu saya tunggu kedatangannya). Pada hari raya Nyepi waraga Hindu melakukan Catur Bratha Penyepian yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan daan amati lelanguan… Pada hari raya Nyepi warga Hindu dilarang menyalakan api, dilarang bekerja, dilarang keluar rumah sehingga suasana saat hari rasa Nyepi menjadi hening, sunyi dan sepi (secara namanya aj hari raya Nyepi ya sepi lah). Selain itu pada malam harinya lampu tidak boleh dihidupkan tetapi masih ada pengecualian yaitu di rumah sakit…. Sebelum hari raya Nyepi disebut hari Pengerupuka dimana saat ini warga Hindu berkeliling desa sambil mengarak Ogoh – ogoh(semacam boneka yang berukuran besar dan menyerupai raksasa), tapi pada tahun ini ogoh – ogoh tidak dibuat, alasannya katanya sedang pemilu takut entar trjadi krshan…. Dari pelaksanna hari raya Nyepi ini, warga di Bali mampu menghemat listrik yang jumlahnya tidak sedikit pada tahun 2008 (saya lupa angka pastinya). Dengan adanya penghematan listrik ini berarti warga Bali juga telah membantu mengurangi global warming, secara untuk menghasilkan listrik diperlukan batu bara yang hasil dari pembakarannya CO2 yang berdampak pada pemansan global, dengan adanya penghematan listrik berarti ada pengurangan jumlah CO2 yang dibuang ke alam.

Seandainya seluruh negara mengerti akan bahaya dari pemansan global, pastinya anak cucu kita kelak tidak akan menjadi korban dari kebiadaban kita saat ini….. Dan seandainya seluruh negara di dunia dapat mengadaptasikan konsep Tri Hita Karana di negaranya masing – masing pastilah kerusakan lingkungan dapat dihentikan. Dan seandainya hari raya Nyepi yang hanya berlangsung satu hari dapat dilakukan oleh seluruh warga di dunia berapa banyak jumlah CO2 yang dapat dihemat oleh dunia ini….. Sekian artikel ini saya buat semoga dapat mengilhami kehidupan anda akan pentingnya pelestarian lingkungan dan bahaya dari Global Warming…………

Sradha Moksa

Moksa adalah tujuan terakhir dan sekaligus memiliki nilai tertinggi dari seluruh umat Hindu. Dengan sembahyang, batin seseorang menjadi tenang, dangan Dharana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta) dan Samadhi (mengheningkan cipta), manusia berangsur – angsur dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi.

Kitab suci Weda telah menyediakan dan memfasilitasi bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan maya sehingga akhirnya Atman dapat bersatu dengan Brahman. Di dalam ajaran kerohanian Hindu terdapat jalan untuk mencapai kesempurnaan “Moksa”,dengan menghubungkan diri dan memusatkan pikiran kepada Ida Hyang Widhi Wasa. Cara – cara atau jalan yang demikian itu disebut dengan “Catur Marga/Yoga”.

Catur Marga/Yoga dibagi menjadi empat, yaitu Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, Raja Marga Yoga.

  1. Bhakti Marga Yoga adalah suatu proses atau cara mempersatukan Atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “Bhakti” berarti hormat, taat, sujud, meyembah persembahan, kasih. Bhakti Marga Yoga artinya jalan cinta kasih, jalan persembahan. Seorang Bhakta dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai Yajna kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut Maitri. Semangat Tat Twam Asi sangat subur di dalam hati sanubarinya.
  2. Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan dengan perbuatan atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama dari Karma Marga Yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Bagi seorang Karma, penyerahan hasil pekerjaan kepada Tuhan bukan berarti kehilangan bahkan akan datang berlipat ganda.
  3. Jnana Marga Yoga artinya mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan – ikatan keduniawian.
  4. Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. Melalui Raja Marga Yoga seseorang akan lebih cepat mencapai Moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya lebih berat, orang yang mencapai moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru Kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya kearah tersebut. Adapun tiga tingkatan yang ditempuh oleh para Raja Yogin yaitu melekukan tapa, brata, yoga samadhi. Seorang Raja Yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan rohani melalui Astanga Yoga yaitu delapan tahapan Yoga untuk mencapai Moksa, yang diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam bukunya yang disebut Yoga Sutra Patanjali. Adapun bagian – bagiannya:
    • Yama yaitu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seseorang dari segi jasmani, misalnya dilarang membunuh, dilarang berbohong dll
    • Nyama yaitu pengendalian diri yang lebih bersifat rohani, misalnya Sauca (tetap suci lahir batin).
    • Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin.
    • Pranayama yaitu mengatur pernapasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan yaitu Puraka (menarik nafas), Kumbhaka (menahan nafas), dan Recaka (mengeluarkan nafas).
    • Pratyahara yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan obyeknya, sehingga dapat melihat hal –hal suci.
    • Dharana yaitu usaha – usaha untuk menyatukan pikiran dengan sarana yang diinginkan.
    • Dhyna, yaitu pemusatan pikiran yang tengan.
    • Samadhi yaitu penyatuan atman.

Sekian artikel saya mengenai Moksa, semoga artikel saya ini dapat menambah wawasan anda tentang Agama Hindu….. Artikel ini bersumber dari buku Genitri Pendidikan Agama Hindu tahun 2007. apabila dalam artikel saya terdapat kesalahan baik dalam pengetikan dan yang lainnya saya mohon maaf yang sebesar – besarnya…. Trims…

Moksa adalah tujuan terakhir dan sekaligus memiliki nilai tertinggi dari seluruh umat Hindu. Dengan sembahyang, batin seseorang menjadi tenang, dangan Dharana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta) dan Samadhi (mengheningkan cipta), manusia berangsur – angsur dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi.

Kitab suci Weda telah menyediakan dan memfasilitasi bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan maya sehingga akhirnya Atman dapat bersatu dengan Brahman. Di dalam ajaran kerohanian Hindu terdapat jalan untuk mencapai kesempurnaan “Moksa”,dengan menghubungkan diri dan memusatkan pikiran kepada Ida Hyang Widhi Wasa. Cara – cara atau jalan yang demikian itu disebut dengan “Catur Marga/Yoga”.

Catur Marga/Yoga dibagi menjadi empat, yaitu Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, Raja Marga Yoga.

  1. Bhakti Marga Yoga adalah suatu proses atau cara mempersatukan Atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “Bhakti” berarti hormat, taat, sujud, meyembah persembahan, kasih. Bhakti Marga Yoga artinya jalan cinta kasih, jalan persembahan. Seorang Bhakta dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai Yajna kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut Maitri. Semangat Tat Twam Asi sangat subur di dalam hati sanubarinya.
  2. Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan dengan perbuatan atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama dari Karma Marga Yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Bagi seorang Karma, penyerahan hasil pekerjaan kepada Tuhan bukan berarti kehilangan bahkan akan datang berlipat ganda.
  3. Jnana Marga Yoga artinya mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan – ikatan keduniawian.
  4. Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. Melalui Raja Marga Yoga seseorang akan lebih cepat mencapai Moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya lebih berat, orang yang mencapai moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru Kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya kearah tersebut. Adapun tiga tingkatan yang ditempuh oleh para Raja Yogin yaitu melekukan tapa, brata, yoga samadhi. Seorang Raja Yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan rohani melalui Astanga Yoga yaitu delapan tahapan Yoga untuk mencapai Moksa, yang diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam bukunya yang disebut Yoga Sutra Patanjali. Adapun bagian – bagiannya:
    • Yama yaitu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seseorang dari segi jasmani, misalnya dilarang membunuh, dilarang berbohong dll
    • Nyama yaitu pengendalian diri yang lebih bersifat rohani, misalnya Sauca (tetap suci lahir batin).
    • Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin.
    • Pranayama yaitu mengatur pernapasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan yaitu Puraka (menarik nafas), Kumbhaka (menahan nafas), dan Recaka (mengeluarkan nafas).
    • Pratyahara yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan obyeknya, sehingga dapat melihat hal –hal suci.
    • Dharana yaitu usaha – usaha untuk menyatukan pikiran dengan sarana yang diinginkan.
    • Dhyna, yaitu pemusatan pikiran yang tengan.
    • Samadhi yaitu penyatuan atman.

Sekian artikel saya mengenai Moksa, semoga artikel saya ini dapat menambah wawasan anda tentang Agama Hindu….. Artikel ini bersumber dari buku Genitri Pendidikan Agama Hindu tahun 2007. apabila dalam artikel saya terdapat kesalahan baik dalam pengetikan dan yang lainnya saya mohon maaf yang sebesar – besarnya…. Trims…

Sabtu, 14 Maret 2009

Sradha Moksa

Setelah kemarin kita membahas singkat mengenai pengertian Moksa dan sedikit tentang tingkatan - tingkatan Moksa. Kemarin sudah disebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan Moksa yaitu Jiwamukti, Widehamukti, Purnamukti. Sekarang saya akan menjelaskan pengertian tentang tingkatan - tingkatan Moksa. Untuk mempersingkat waktu mari kita mulai saja......
1. Jiwamukti, adalah tingkatan Moksa atau kebahagian/kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, dimana atmanya tidak lagi terpengaruh oleh gejolak indria dan maya. Istilah ini dapat pula disamakan maksudnya dengan Samipya dan Sarupya.
2. Widehamukti, tingkat kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, dimana atmanya telah meninggalkan badan wadagnya (jasadnya), tetapi roh yang bersangkutan masih kena pengaruh maya yang tipis. Tingkat keberadaan atma pada posisi ini adalah setara dengan Brahman, namun belum dapat menyatu dengan-Nya, sebagai akibat dari pengaruh maya yang masih ada. Widehamukti disetarakan dengan Salokya.
3. Purnamukti, tingkatan kebebasan paling sempurna. Pada tingkatan ini pposisi atma seseorang keberadaannya telah menyatu dengan Brahman. Setiap orang akan dapat mencapai posisi ini, apabilayang bersangkutan sungguh - sungguh dengan kesadaran dan hati yang suci mau dan mampu melepaskan diri dari keterikatan maya. Istilah Purnamukti disamakan dengan sayujya.
Moksa dibedakan menjadi empat jenis yaitu Samipya, Sarupya, Salokya dan Sayujya.
1. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan oleh para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah melepaskan unsur – unsur maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan Samadhi, maka keadaan kembali seperti biasa, di mana pikiran, emosi, dan organ jasmaninya aktif kembali.
2. Sarupya adalah suatu kebebasan yang didapat oleh seseorang di dunia ini, karena kelahirannya di mana kedudukan Atma merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama dan Sri Kresna. Walaupun Atma telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu di dunia ini.
3. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai Atma, di mana Atma itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu dapat dikatan beliau Atman telah mencapai tingkatan dewa yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
4. Sayujya adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi di mana Atma telah dapat bersatu dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi). Dlam keadaan seperti inilah sebutan Brahman Atman Aikyam yang artinya: Atman dan Brahman sesungguhnya tunggal.
Nah itulah sedikit pengertian tentang bagian dan tingkatan moksa……
Semoga dapat menambah pengetahuan dan pemahaman anda tentang Agama Hindu…..
Dikesempatan yang akan datang saya akan mencoba membawakan tentang jalan – jalan untuk mencapai moksa yang disebut Catur Marga…
Daftar Pustaka
Genitri Pendidikan Agama Hindu.2007.Denpasar:Tri Agung.

Sabtu, 07 Maret 2009

Sradha Moksa

A.Pengertian Moksa

Bersatunya Atman dengan Brahman tercapailah keadaan Sat cit ananda, yaitu kebahagian yang abadi. Kondisi seperti inilah yang disebut Moksa. Moksa merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari Panca Sradha. Moksa merupakan tujuan hidup tertinggi dari umat Hindu. Kebahagian yang sejati ini baru akan tercapai oleh seseorang bila ia telah dapat menyatukan jiwanya dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa). Moksa berasal dari bahasa Sansekerta, dari akar kata muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Moksa berarti kelepasan, kebebasan. Dari pemahaman istilah, kata Moksa dapat disamakan dengan nirwana, nisreyasa atau keparamarthan. Moksa bersifat nirguna, tidak ada bahasa manusia yang dapat menjelaskan bagaimana sesungguhnya alam Moksa itu.
Jalan yang ditunjukajaran agama untuk mencapai Moksa adalah Catur Marga Yoga. Ajaran Catur Marga Yoga dapat ditempuh semua orang dengan menyesuaikan kemampuan dirinya masing - masing. Sesunguhnya jalan Catur Marga tersebut dalam prakteknya telah dilaksanakan dalam satu kesatuan yang utuh, namun dengan meletakkan satu penonjolan tertentu dari jalan - jalan tersebut.

B. Tingkatan Moksa

Disebutkan ada beberapa tingkatan "moksa" yang diajarkan dalam ajaran agama Hindu. Ajaran ini didasarkan pada keadaan "atma" dalam hubungannya dengan Brahman. Adapun bagian - bagiannya sebagai berikut:
  1. Jiwamukti
  2. Widehamukti
  3. Purnamukti
Secara lebih rinci tentang tingkatan - tingkatan moksa dapat dijadikan beberapa macam tingkatan. Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis:
  1. Samipya
  2. Sarupya
  3. Salokya
  4. Sayujya
Sekian post saya untuk hari ini.....
Ditunggu ya posting saya yang selanjutnya mengenai pengertian dari tingkatan - tingkatan moksa...
Apabila ada kekeliruan dalam artikel yang saya buat, saya minta maaf yang sebesar - besarnya...

Kamis, 05 Maret 2009

Thomas Edison

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Thomas Edison

Thomas Alva Edison (11 Februari 1847 - 18 Oktober 1931) adalah penemu dan pengusaha yang mengembangkan banyak peralatan penting. Si Penyihir Menlo Park ini merupakan salah seorang penemu pertama yang menerapkan prinsip produksi massal pada proses penemuan.

Daftar isi

[sembunyikan]

Biografi

Masa Kecil

Ia lahir di Milan, Ohio, Amerika Serikat. Pada masa kecilnya di Amerika Serikat,Edison selalu mendapat nilai buruk di sekolahnya. Oleh karena itu ibunya memberhentikannya dari sekolah dan mengajar sendiri di rumah. Di rumah dengan leluasa Edison kecil dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Pada Usia 12 tahun ia mulai bekerja sebagai penjual koran, buah-buahan dan gula-gula di kereta api. Kemudian ia menjadi operator telegraf, Ia pindah dari satu kota ke kota lain. Di New York ia diminta untuk menjadi kepala mesin telegraf yang penting. Mesin-mesin itu mengirimkan berita bisnis ke seluruh perusahaan terkemuka di New York.

[sunting] Masa Muda

Pada tahun 1870 ia menemukan mesin telegraf yang lebih baik. Mesin-mesinnya dapat mencetak pesan-pesan di atas pita kertas yang panjang. Uang yang dihasilkan dari penemuannya itu cukup untuk mendirikan perusahaan sendiri. Pada tahun 1874 ia pindah ke Menlo Park, New Jersey. Disana ia membuat sebuah bengkel ilmiah yang besar dan yang pertama di dunia. Setelah itu ia banyak melakukan penemuan-penemuan yang penting. Pada tahun 1877 ia menemukan Gramofon. Dalam tahun 1879 ia berhasil menemukan lampu listrik kemudia ia juga menemukan proyektor untuk film-film kecil. Tahun 1882 ia memasang lampu-lampu listrik di jalan-jalan dan rumah-rumah sejauh satu kilometer di kota New York. Hal ini adalah pertama kalinya di dunia lampu listrik di pakai di jalan-jalan. Pada tahun 1890, ia mendirikan perusahaan General Electric.

Thomas Edison waktu muda

Edison dipandang sebagai salah seorang pencipta paling produktif pada masanya, memegang rekor 1.093 paten atas namanya. Ia juga banyak membantu dalam bidang pertahanan pemerintahan Amerika Serikat. Beberapa penelitiannya antara lain : mendeteksi pesawat terbang, menghancurkan periskop dengan senjata mesin, mendeteksi kapal selam, menghentikan torpedo dengan jaring, menaikkan kekuatan torpedo, kapal kamuflase, dan masih banyak lagi.

Ia meninggal pada usianya yang ke-84, pada hari ulang tahun penemuannya yang terkenal, bola lampu modern.

Apresiasi

Pada tahun 1928 ia menerima penghargaan berupa sebuah medali khusus dari Kongres Amerika Serikat.

Tasmad asaktah satatam karyam samacara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah.
Artinya
Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai suatu kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama…