PT PLN Distribusi Bali tidak akan melakukan pemadaman terhadap mesin-mesin pembangkit tenaga listrik saat umat Hindu menunaikan Tapa Brata Penyepian menyambut tahun baru saka 1931 pada hari Kamis, 26 Maret 2009.
"Mesin tetap beroperasi, pasokan energi listrik kepada sekitar 740.000 konsumen dilakukan seperti hari-hari biasanya," kata Kepala Humas PT PLN Distribusi Bali Agung Mastika di Denpasar Selasa.
Ia mengatakan, pembangkit listrik saat umat Hindu melaksanakan empat pantangan sengaja tidak dipadamkan mengingat beberapa instansi vital seperti rumah sakit dan hotel tetap memerlukan adanya pasokan listrik.
Sedangkan konsumen untuk kalangan rumah tangga dan pihak lainnya juga tidak diputus, meskipun mereka tidak menyalakan listrik atau menggunakan energi listrik selama 24 jam.
Penghematan listrik pada hari Raya Nyepi itu bisa mencapai 50 persen, bahkan lebih dibanding hari-hari biasa yang beban puncaknya mencapai 430 MW.
"Cermin penghematan pada Hari Suci Nyepi itu diharapkan bisa dilanjutkan oleh seluruh masyarakat pada hari-hari mendatang untuk menggunakan listrik secara bijak," harap Agung Mastika.
Ia menambahkan, untuk lampu-lampu penerangan jalan sepenuhnya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah kabupaten dan kota di Bali untuk memadamkan.
Bagi lampu penerangan jalan yang dapat dihidupkan maupun dimatikan secara otomatis dari pusatnya tidak masalah namun beberapa lampu penerangan yang harus dimatikan dan dihidupkan secara manual harus dilakukan satu persatu.
"Koordinasi dan antisipasi terhadap hal itu sudah dilakukan dengan baik, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Agung Mastika.
Petugas PLN sendiri pada hari Raya Nyepi tetap "stand by" (siaga)selama 24 jam, kali ini bukan untuk mengantisipasi listrik yang padam namun kemungkinan adanya listrik penerangan jalan yang tetap menyala saat Pulau Bali gelap gulita itu.
Menghadapi kemungkinan listrik penerangan jalan yang tetap hidup di saat Hari Raya Nyepi, sangat diharapkan adanya laporan secepatnya dari warga masyarakat setempat, sehingga petugas dapat memadamkannya atau masyarakat langsung mematikan.
Pulau Bali yang berpenduduk sekitar 3,5 juta jiwa pada hari Kamis, 26 Maret 2008 akan gelap gulita, sunyi senyap dan seluruh umat Hindu mengurung diri melakukan introspeksi diri terhadap perbuatan yang dilakukan selama satu tahun terakhir.
Umat Hindu pada hari pergantian tahun baru saka dari 1930 ke 1931 yang jatuh setiap 420 hari sekali, melaksanakan "Catur Tapa Bratha Penyepian" yakni empat pantangan yang dilakukan selama 24 jam sejak sebelum matahari terbit (pukul 06.00 Wita) sampai matahari terbit kembali keesokan harinya.
Keempat pantangan tersebut meliputi tidak menyalakan api/lampu (amati geni), tidak melakukan kegiatan (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi atau mengumbar hawa nafsu (amati lelanguan).
Pemprop Bali dan seluruh Pemkab dan Pemkot di daerah ini tidak mengeluarkan dispensasi bagi kendaraan bermotor untuk bisa melaju. Namun keistimewaan itu hanya dikeluarkan oleh desa adat, bagi warganya yang sangat mendesak, antara lain mengantar orang sakit maupun melahirkan yang bersifat sangat darurat.
Demikian pula bandara internasional Ngurah Rai, satu-satunya pintu masuk Pulau Dewata lewat udara, pada Hari Raya Nyepi itu ditutup selama 24 jam.
Hal yang sama juga berlaku bagi empat pelabuhan laut di Bali, meliputi Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Celukan Bawang, Pelabuhan Padangbai menghubungkan Bali-Nusa Tenggara Barat dan Pelabuhan Gilimanuk, pintu masuk Bali dari Jawa.ant